Selasa, 14 September 2010

Pandangan Generasi Muda Terhadap Pertanian

Indonesia memiliki potensi sangat besar di bidang pertanian ditinjau dari ketersediaan lahan, kesesuaian iklim, tenaga kerja (melimpah), komoditas beragam, dan kekayaan hayati. Indonesia memiliki lahan luas, yang dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian berkelanjutan. Ini dimanfaatkan negara lain, seperti Malaysia, yang memperluas lahan pertaniannya di Pulau Sumatera dan Kalimantan, antara lain, untuk komoditas perkebunan. Karena iklim tropis, banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan di Indonesia . Ditambah lagi dengan daerah bergunung yang cocok untuk tanaman subtropis. Komoditas pertanian menjadi beragam, seperti perkebunan, pangan, rempah dan obat, energi nabati, hortikultura (sayur, buah, flora), serta serat alam. Indonesia juga pernah menjadi salah satu pemasok utama dunia, antara lain, komoditas kelapa sawit, kakao, teh, kopi, karet alam, dan rempah – rempah. Sayangnya potensi itu kini tidak lagi optimal untuk dikembangkan oleh generasi muda.
Generasi muda di desa beramai-ramai menjadi kaum urban, meninggalkan desa dan status petani. Anak-anak petani lebih memilih bekerja di kota yang menyebabkan kosongnya  kantong-kantong pertanian potensial dan berkurangnya generasi muda potensial di pedesaan. Ini disebabkan masih membudayanya pandangan petani sebagai pekerjaan kelas dua, di samping masih sempitnya kesadaran dan pemahaman akan potensi pertanian.
Bila kita ketahui sejak dahulu kala nenek moyang kita sudah melakukan bercocok tanam yang berkualitas tanpa bahan limbah. Mereka mempunyai pengetahuan akan pemberian pupuk yang berasal dari alam sehingga hasilnya sangat alami dan tidak merusak lingkungan habitat lain. Dan sekarang ini banyak pertanian yang menggunakan pestisida sebagai penyubur tanaman dan sehingga merugikan bagi habitat lingkungan hidup yang lain.
Dari aspek diatas sangat berkaitan akan sumber daya manusia muda pada pertanian mulai sangat berkurang diminati karena generasi muda lebih memilih berkarir diperkantoran daripada di sawah, di kebun atau di ladang. Bila diperkantoran mereka bisa penampilan rapi, bisa bersosialisasi dengan banyak orang, dan karir yang sudah menjanjikan. Bila pertanian generasi muda cenderung tidak mau ke ruang lingkup yang penuh banyak Lumpur tanah dan pengelolaan yang penuh jangka waktu dan biaya yang sangat panjang. Mungkin banyak resiko yang dialami seperti gagal panen, biaya pupuk yang tidak terjangkau,cuaca yang yang tidak mendukung dan mengalami perusakan oleh hama.
Petani hanya diberi penjelasan tentang kelebihan dan bagaimana cara aplikasinya tetapi petani tidak pernah diberi tahu bagaimana cara membuatnya sendiri atau dampak-dampak negatifnya jika saprodi itu digunakan. Jadi program ataupun proyek yang selama ini sering kita jumpai di tingkat petani sebenarnya adalah lebih ke proyek dagang saja. Ketika petani sudah mulai ketagihan (ketergantungan) maka tanpa disadari harga pun sudah membumbung tinggi.
Kita sadar bahwa bumi ini bukan untuk generasi satu saja tetapi terus menerus berkelanjutan dan kita harus menjaga lingkungan kita seperti air, tanah, dan mahluk hidup lainnya. Dan yang harus kita ingat bahwa Hak Mereka Di Masa Mendatang adalah Kewajiban Kita Saat Ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar